Posted in

Sekilas Bali – Sistem Informasi Wilayah dan Tata Ruang Bali

## Sistem Informasi Wilayah dan Tata Ruang Bali: Mewujudkan Pulau Dewata yang Berkelanjutan

Bali, Pulau Dewata yang mempesona, terletak strategis di antara Pulau Jawa dan Pulau Lombok, menyimpan kekayaan alam dan budaya yang luar biasa. Dahulu bagian dari Provinsi Sunda Kecil bersama Lombok, Sumbawa, Sumba, Flores, dan Timor, Bali kemudian resmi berdiri sendiri sebagai provinsi pada tahun 1958, dengan Singaraja sebagai ibukota awalnya, sebelum akhirnya berpindah ke Denpasar pada tahun 1960. Provinsi ini mencakup Pulau Bali utama dan gugusan pulau-pulau kecil di sekitarnya, seperti Nusa Penida, Nusa Lembongan, Nusa Ceningan, dan Pulau Serangan, menghasilkan total sekitar 85 pulau, termasuk yang tidak berpenghuni.

Secara geografis, Bali membentang di antara 8°3’38” – 8°50’56” Lintang Selatan dan 114°25’53” – 115°42’39” Bujur Timur, dengan luas wilayah sekitar 5.636,66 km² (perlu dicatat adanya perbedaan data luas wilayah, berdasarkan BPS dan Biro Pem tercatat 563.666 Ha, sementara perhitungan peta dasar dari Badan Informasi Geospasial (BIG) menunjukkan 559.468 Ha, selisih 4.198 Ha). Bentuknya memanjang dengan panjang garis pantai sekitar 633,35 km, membentang sejauh 153 km dan selebar 112 km. Perairan yang mengelilingi pulau ini menjadi batas wilayah provinsi.

Keindahan alam Bali tak terbantahkan. Gunung berapi yang subur, seperti Gunung Agung (titik tertinggi dengan ketinggian 3.148 m, terakhir meletus pada 1963) dan Gunung Batur (dengan sejarah letusan dahsyat sekitar 30.000 tahun lalu), menyuburkan tanah dan mendukung sektor pertanian. Sungai-sungai dan danau menambah pesona lanskap pulau ini.

Keunikan Bali tak hanya terletak pada keindahan alamnya. Sebagai pulau dengan mayoritas penduduk beragama Hindu, hampir setiap sudut wilayah dihiasi pura-pura, mulai dari pura besar untuk upacara bersama hingga pura kecil di rumah-rumah penduduk. Hal ini menjadikan Bali dikenal sebagai “Pulau Seribu Pura,” di mana ritual keagamaan begitu kental dan memengaruhi seluruh aspek kehidupan masyarakat. Budaya Bali yang unik, eksotis, dan terjaga ini, berpadu harmonis dengan keindahan alamnya, menjadikan Bali destinasi wisata internasional yang terkenal bahkan melampaui popularitas Indonesia itu sendiri.

Falsafah hidup Tri Hita Karana, yang menekankan keseimbangan dan keharmonisan hubungan antara manusia dengan Tuhan (Parahyangan), manusia dengan manusia (Pawongan), dan manusia dengan lingkungan (Palemahan), menjadi landasan kehidupan masyarakat Bali. Tri Hita Karana inilah yang menjadi sumber kesejahteraan, kedamaian, dan kebahagiaan bagi masyarakatnya.

Pariwisata menjadi tulang punggung perekonomian Bali, dengan Denpasar sebagai pusat pemerintahan dan perekonomian. Namun, di samping pariwisata, upaya pengembangan sektor ekonomi kreatif, pariwisata maritim, dan ekowisata di berbagai kawasan seperti Ubud, Nusa Dua, Seminyak, dan Jimbaran terus digencarkan untuk mendiversifikasi perekonomian dan mendukung keberlanjutan pembangunan.

**Pemanfaatan Sistem Informasi Wilayah dan Tata Ruang (SIRT) di Bali:**

Penggunaan citra satelit, seperti Landsat 8, dan model elevasi digital (DEM) sangat krusial dalam pemetaan dan monitoring kenampakan relief dan tutupan lahan di Bali. Data spasial ini mendukung perencanaan tata ruang yang terintegrasi dan berkelanjutan, menjamin pembangunan yang memperhatikan aspek lingkungan dan budaya. Sistem informasi ini penting untuk mengelola sumber daya alam secara bijak, meminimalisir dampak negatif pembangunan, serta memastikan keberlanjutan destinasi wisata Bali untuk generasi mendatang. [Link ke citra satelit dan DEM – ganti dengan link yang sesuai].

**Kata Kunci:** Bali, Sistem Informasi Wilayah, Tata Ruang, Pulau Dewata, Tri Hita Karana, Pariwisata, Pertanian, Kelautan, Industri Kreatif, Keberlanjutan, RTRW, Landsat 8, DEM, Citra Satelit, Geospasial.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *